Road To Independent Day RI-70 #Part3

#Part 3


Tua-muda semua ikut senang dan semua ikut sehat

Biarpun jomblo, tapi masih ada satu cewek kesayangan #my mom :*

#STAY Romantis dan Manis

Harap-harap cemas nunggu Doorprize, siapa tau menang banyak

Saat Lomba dimulai lagi, semua semangat dan semua terselenggara dengan baik, salah satunya berkat kerja keras mas-nya :D



"Salah satu hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup kita adalah ketika dimasa kanak-kanak kita berlaku, bermain, dan berpikir layaknya anak-anak yang penuh mimpi dan khayalan yang tak terbatas"
-nva- 

Road To Independent Day RI-70 #Part2




#Part 2
Persiapan dan kordinasi yang baik, insyaallah jadi ladasan utama buat hasil yang baik #apaancoba

kadang intrik dan gesekan juga mewarnai perbedaan, tapi semua bisa diselesaikan dengan rasa saling menghargai dan menghormati antar sesama :D

Kalo kalian kenal tempat ini, berarti kalian pernah nyoba salah satu arena tarkam "yang dulu" sempat tenar

Senyuman ceria dari peserta juga jadi penanda, indahnya kebersamaan dalam perbedaan
Peluit ditiup dan Pertandingan pun dimulai #FairPlay
Dengan skill yang seadanya itulah nilai lebihnya, tapi yah gimana lagi faktor "U" kadang-kadang yang jadi batu sandungan #sakitpunggung
Ketika Pertandingan berakhir, semua senang dan semua menang, jangan lupa kebersihan juga jadi patokan

Road To Independent Day RI-70 #part1



 #Part 1
Usia bukan jadi penghalang buat ikutan Lomba 17-an, kadang yang tua juga pengen jadi anak-anak lagi



Panita harus tetep nyimak pertandingan, siapa tau ada bidadari lewat ditengah medan laga #jombloakut


Kakak-kakaknya harus siap sedia membimbing adek-adeknya kejalan yang lurus, meskipun doinya sendiri jalannya sesat :v
wajar kalo kakak-nya ikutan maen, ketahuan pada masanya nggak pernah menang lomba 17-an

kalo udah foto bareng, kek semuanya udah menjadi satu kesatuan yang Greget :D

Konsetrasi dan Fokus kunci utama buat menangin lomba, tapi faktor lucky juga perlu. jangan lupa faktor wasit juga :D


[Story] Looking At You (-Hands of Truth-)


Saturday, July 4th 2015, 1.23 P.M
Sudah seminggu semenjak kejadian berdarah dirumah ku berlalu, selama itu pula kasus ini benar-benar belum terpecahkan. Karena terlalu memakan waktu, akhirnya keluargaku memutuskan untuk tidak melanjutkan kasus ini. Ayahku beragapan bahwa kasus ini hanyalah tindakan kriminal biasa dan yang paling penting keluarganya tak ada yang menjadi korban.
Sekembalinya ke rumah kami, sekarang ayah lebih protektif agar kejadian seperti ‘itu’ tak terulang lagi dengan cara memasang beberapa kamera pengawas di sudut ruangan. Well, mungkin itu lebih karena kakakku. Liburan musim panas ini kakakku akan datang dan disaat orangtuaku tak ada dirumah, biasanya dia membawa teman prianya ke rumah. Seperti tadi pagi.Nope.
 Kemarin kakakku pulang dari MidleStone tempat dia kuliah, langsung menyerangku dengan ratusan pertanyaan tentang kejadian berdarah ‘itu’ . Sedikit annoying sih, sampai aku  cerita tentang kalung Bruno yang ku temukan di kolong tempat tidur kakakku. “Apakah kamu mau jadi seorang detektif ? baiklah, dengan caramu tidak meceritakan kalung itu ke polisi mungkin adikku tersayang ini bisa menemukan pelakunya atau mungkin … Pelakunya…akan kembali dan mencari kau?. Hahaha aku hanya bercanda, kalo memang itu keputusanmu good luck, semoga adik tersayangku ini bisa menangkap pelakunya.” Entahlah, setelah dipikir-pikir mungkin ucapan kakakku kemarin malam memang benar. Aku sangat ingin menemukan pelaku ‘itu’ sendirian, terlihat egois sih tapi sudah kupikirkan dan aku siap menerima resikonya.
Tadi pagi tak sengaja aku melihat dari jendela kamar, Mrs. Margareth pergi ke halaman belakang rumahnya membawa sebuah ember kemudian berjalan  menebarkan sesuatu dari ember itu di sekeliling rumahnya. Mulutnya pun tak henti-hentinya bergerak seperti sedang membaca doa atau mantra. Di suatu saat dia berhenti berjalan, menatap tajam kearah belakang rumah ku, yang ku lihat Mrs. Margareth seolah sedang berbicara sesorang dan mencoba mengusirnya dengan melepar sesuatu yang ada digenggamanya. Dari ekspresinya, ku lihat Mrs. Margareth dalam ketakutan yang sangat dalam, sambil terus melepar dia juga terus membaca doa. Kejadian itu membuatku penasaran siapa orang yang ada di belakang rumahku itu. Segera aku keluar kamar sambil membawa tongkat baseball untuk berjaga-jaga. Sambil terus menuju ke belakang rumah, aku mengecek keluargaku satu-per-satu. Ayah sedang mandi di kamar mandi dalam kamarnya, ibu sedang sibuk menyiapkan sarapan, dan kakakku sibuk dengan mimpinya ku lihat dari posisi tidurnya yang berantakan. Lalu, siapa yang diajak bicara Mrs. Margareth? Apakah dia pelaku pembunuh Bruno?. Hal itu membuat adrenalin ku terpacu, jantungku berdetak semakin cepat dan ketika aku buka pintu belakang rumah, aneh.
Tak ada apapun dan tak ada siapapun, bahkan Mrs. Margareth pun sudah tak ada di tempat dia sibuk melempar sesuatu tadi. Aku lihat kearah sisi kiri dan kanan rumah ku, tak ada apapun, sepi. Hingga akhirnya aku menemukan bekas telapak tangan tercetak di atas tanah tempat jasad Bruno ditemukan. Seketika itu bulukuduku berdiri, ukuran jejak tangan itu sama dengan bekas jejak tangan berdarah yang aku temukan di kamar mandi saat kejadian berdarah ‘itu’.  Apakah pembunuh Bruno itu kembali lagi?. Kali ini tak akan ku lepaskan dia. Segera kau mengambil foto jejak telapak tangan itu dengan poselku. Semoga dengan bukti tambahan ini aku bisa memecahkan kasus ini.

“Berdasarkan pemeriksaan dari kepolisian, mereka tidak bisa menganalisa jejak telapak tangan berdarah yang ditemukan di kamar mandi, selain itu tak ditemukan sidik jari pelaku di tempat kejadian. Dipastikan bahwa pelaku menggunakan sarung tangan agar tidak meninggalkan sidik jarinya.”

[Story] Looking At You (-Bruno's necklace-)


Monday, june 29th, 2015, 3.15 pm

Dua hari setelah kejadian mengerikan di rumahku itu, semuanya kembali normal. Kedua orangtuaku sangat khawatir setelah mendengar kejadian yang telah menimpa anaknya, apalagi setelah mereka melihat tempat kejadian yang sudah dibatasi garis polisi. TRAGIS. Untuk sementara aku dan keluargaku tinggal di sebuah apartment milik adik dari ayahku, sambil berharap aku segera melupakan kejadian sabtu mencekam itu. I’m not sure.
Hampir dua hari dua malam akhir pekan ini, harus aku dan orangtuaku habiskan waktu dengan cara sedikit menyebalkan. Lebih dari 3 jam dalam sehari hanya kita habiskan di kantor polisi. Meskipun pemilik darah itu sudah diketahui, tapi pemeriksaan motif dibalik teror yang menghatui kami masih menjadi sebuah misteri. Memang satu jam setelah polisi datang ke rumahku, telah ditemukan seekor anjing jenis Pitbull milik tetangga ku Mrs. Margareth mati mengenaskan di belakang rumah ku. Terasa agak pilu memang, melihat Mrs. Margareth menangisi anjingnya yang mati itu.
Kesimpulan sementara yang bisa dibuat oleh kepolisian, bahwa diasumsikan pelaku mencoba merampok rumahku tapi karena anjing milik Mrs. Margareth mengetahuinya kemudian sang pelaku panik masuk ke dalam rumah setelah mencongkel pintu. Namun, pintu utama yang masih terbuka itu membuat ajing pitbull itu mengejar masuk sang pelaku hingga terjadi perkelahian yang menyebabkan anjing itu tewas. Polisi menduga sang pelaku juga terluka karena serangan anjing itu dan masih mencari bercak darah pelaku yang mungkin saja tertinggal ditempat kejadian.
Tapi bagaimana dengan tulisan ancaman yang tertulis di cermin kamar mandi?. Apakah itu hanyalah sebuah alibi agar polisi menganggap kasus ini hanyalah sebuah teror keisengan saja dan menutupi kasus perampokan yang terjadi?. Hingga akhirnya aku menemukan sesuatu yang sangat mencurigakan ketika pagi ini aku mencoba mendatangi rumahku. Kutemukan kalung anjing “Bruno” milik Mrs. Margareth tergeletah dibawah keranjang tidur kakak ku.

[Story] Looking At You (-bloody saturday-)


Saturday, 27th june, 2.30 p.m

Sudah sejak kapan rumah ku berantakan seperti ini. setiap ruangan yang kulalui terkesan seperti kapal pecah, ruang tamu, kamar kakakku, kamar orangtuaku, dan kamarku pun tak ubahnya tempat pembuangan sampah. Lemari pakaian yang terbuka, isinya yang sudah carut marut tak karuan, dan  beberapa engsel pintu seperti dibuka secara paksa, terlihat dari goresan hasil congkelan disudut pintu. Samar-samar aku mencium bau amis menusuk hidungku. Aku ikuti bau amis itu, hingga aku terhenti didepan kamar mandi. Ku lihat ceceran bercak berwarna merah menyambutku. Seketika pikiranku melayang membayangkan apa yang terjadi. “Apakah telah terjadi perampokan dan pembunuhan dirumah ini?.” tangan ku bergetar tak kuasa membayangkan apa yang sebenarnya terjadi.
Aku ragu untuk membuka pintu kamar mandi di depanku, tapi rasa penasaran yang dibumbui rasa takut memaksaku untuk membukanya. Tangan kananku meraih engsel pintu kamar mandi, sekali lagi keraguan sempat menahan ku hingga akhirnya pintu itu terbuka, dan seketika itu pula bau amis getir darah menusuk tajam hidungku. Tak bisa kubayangkan pemandangan dihapanku ini, tembok yang dipenuhi bekas telapak tangan berdarah seakan pemilik telapak tangan itu tersiksa dan mencoba mencari pertolongan.


Ku beranikan diri untuk lebih jauh masuk kedalam kamar mandi. Aku terkejut melihat tulisan darah “ I’M HERE, LOOKING AT YOU” dicermin wastafel. Segera aku keluar dari rumah,  menelpon kakak dan orangtuaku, dan masih diselimuti oleh ketakutan yang luar biasa mencekram diriku. Semua keluargaku menjawab panggilanku, semua terlihat baik-baik saja dan mereka masih sibuk dengan pekerjaannya maupun jadwal kuliahnya. Sedikit ada rasa lega dihatiku,tak seberapa lama aku sadar, “jika semua keluargaku ada diluar dan baik-baik saja, lalu darah yang berceceran di dalam rumahku milik siapa?”. Seketika itu juga aku langsung menelpon polisi.


Bye bye Bullying




-Stop bullying-





Seperti biasa, orang ini dateng dan pergi seenaknya. well, udah lama keknya nggak nulis tampan lagi *cling*. nggak terasa udah 3 bulan aja,  kayak apaan coba. terakhir kali nulis tentang nasib jomblo di hari valentine, sekarang mah udah nggak jaman, jaman sekarang mah lagi demen nikung temen sendiri, ya nggak? *pacman face*. entahlah, akhir-akhir ini kok ane sering ngomon 'tikungan', semoga aja ini bukan sebuah pertanda buat nikung. :v

oke kita lurusin, ane mah bukan orang yang suka nikung, cuman 'seneng' denger cerita temen yang kena tikung dan kalo ada kesempatan maunya sih nikung juga *lupakan*. kita lupain sejenak soal tikung sana tikung sini, kali ini ane mau ngomongin soal pem-bully-an. mau sadar ataupun tidak pasti kita ini pernah setidaknya membully orang atau minimalnya jadi korban bully.nggak bisa dipungkiri kalo bullying jadi salah satu budaya yang mau atau nggak mau udah mendarah daging di kehidupan sosial kita. mungkin salah satu tempat yang sering terjadi pem-bully-an ya sekolah atau kelas ye. sama yang pernah dialami sama kenalan ane. sebut saja dia Memet.

Sebut saja dia Memet, seorang anak STM dengan perawakan badan tegak berisi, tonjolan otot disana sini, muka sebelas dua belas lah sama agung hercules. kalo ane nggak salah liat sih. well, sebagai panglima tawuran salah satu sekolah terkenal di *******, dia juga pernah ngalami sebagai korban 'bully' maupun jadi 'bullyer'. baik bullyng secara verbal, sosial, maupun fisik.  yeh,  kehidupan itu keras sob, kadang kita jadi korban kadang juga tanpa disadari jadi tersangka, so yang namanya ke-konsisten-an itu hanya mitos. kayaknya gitu sih. *mikir keras*.

Untung si Memet ini orang nya nggak mudah jatuh cuman gara-gara bullying. dia percaya kalo suatu saat bisa nunjukin kalo dia lebih bernilai dari pada para pem-bully-nya. buktinya aja sekarang dia jadi salah satu panglima tawuran yang disegani sama lawan maupun kawannya. berita terbarunya lagi sih Memet lagi ngadain seminar nasional "cara mengelola bullying menjadi sarana peningkat prestasi dan kepercayaan diri" keren nggak tuh. ane aja sampe nggak percaya bisa nulis kek gitu (nggak bully lho, cuman kagum).

Kesimpulannya, kalo mau jadi orang yang sukses harus di-bully dulu. eh bukan, maksudnya korban bullying pun boleh jadi orang yang sukses kok dan yang bully bukan berarti bakal jadi orang sukses. jadi kalo ada orang yang bully lo, berdirilah tegak dan dengan lantang katakanlah"Aku bakal jadi orang sukses!". kalo mau bales orang yang bully kita mah pake cara yang Elegan bukan yang pasaran.


Oh ya mau ngingetin aja, kalo ada orang bilang "Jomblo ya?" itu termasuk Bullying lho! #keras

My Twitter

My Top: Week